Banyaknya Brand yang berlomba-lomba untuk membuat aplikasi mobile, terlebih saat ini handphone sudah menjadi perangkat media pilihan utama terutama bagi market untuk mendapatkan informasi apapun, termasuk informasi product dan service, dibandingkan perangkat media lain.
“Mobile Apps merupakan salah satu bentuk marketing tools, dia ada atau muncul karena terjadi perubahan teknologi (perangkat) komunikasi yang menjadi medium antara produsen dengan market, wajar bila kemudia mobile apps dari berbagai bisnis bermunculan untuk memenuhi kebutuhan informasi,” ujar Maya Asmayasari sebagai Pakar Digital Branding Senior kepada INFOBRAND.ID.
Bagi Maya bisnis apapun bisa membuat aplikasi apps, baik itu product, service, bahkan government sekali pun karena pengguna handphone pun tak lagi dibatasi oleh segmen pasar atau lini bisnis tertentu saja.
Banyak nya brand yang mengeluarkan aplikasi mobile, tentunya menjadikan persaingan market digital semakin besar, lalu bagaimana cara agar aplikasi milik brand tersebut mampu tetap menjadi pilihan pengguna ?
“Mobile apps hanya salah satu bentuk maketing tools, untuk membuat market setia mengunduh dan menggunakannya perlu dilakukan sinergi strategi marketing yang mempuni yang mampu membangkitkan kebutuhan market terhadap product dan service yang ditawarkan,” jelas Maya.
Maya menekankan Mobile apps sebaiknya tidak di jadikan satu-satunya marketing tool perusahaan karena market masih bersentuhan dengan perangkat media lain selain handphone dan masing-masing media punya karateristik penetrasi informasi sendiri.
Mobile apps harus dibantu media atau tools lain agar bisa tetap berada di benak atau kognisi market. Awareness product, service, dan brand harus terus distimuli dengan berbagai cara dan media sehingga top of mind brand bisa tercipta dan terjaga, dengan demikian bisa diharapkan market akan setia menggunakan mobile apps perusahaan, lanjut Maya menjelaskan.
Sedangkan untuk brand-brand yang tak memiliki mobile apakah akan terancam gulung tikar ?
“Tidak juga dan tidak berkolerasi langsung bahwa kalau tidak punya mobile apps perusahaan langsung gulung tikar, mobile app bukan satu-satunya penentu keberhasilan juga ambruknya perusahaan, banyak elemen dan acapkali bersifat kasuistik sebuah perusahaan itu ambruk atau merugi, sepertinya belom ada data hancurnya perusahaan hanya karena tak memiliki mobile apps, entah ke depan nanti bila handphone secara utopis menjadi satu-satunya media yang ada,” terang Maya.
sebagai pakar digital senior Maya pun menilai soal apakah mobile app akan berpengaruh terhadap corperate branding sebuah perusahaan?, “Mobile app bisa jadi merupakan bukti bahwa corporate adaptif terhadap perubahan, tanggap terhadap kebutuhan market bisa jadi itu mempengaruhi corporate brand perusahaan dan akan disebut ‘kekinian’.”
Kekinian menurut Maya bisa diartikan ‘Be There’, ada disana, turut serta, tidak ketinggalan, modern. Digital era merupakan bentuk modernitas. Jadi memiliki mobile apps bisa menaikan atau menjadikan brand product – service atau bahkan corporate brand-nya sebagai brand modern, kekinian, yang lebih dalam lagi bisa menguatkan eksistensi.
Maya pun memberikan salah satu kunci strategi branding, yaitu LOGO, mobile apps biasanya diwakili oleh logo sebagai tampilan depan, Logo yang ditampilkan sebaiknya konsisten ada di berbagai marketing tools lainnya, tidak terlalu berkreasi dengan membuat logo-logo berbeda di setiap marketing tools atas nama kreativitas, malah akan membingungkan market untuk mengetahui dan mengenali brand, product or service.
Secara sales pun Maya percaya tentunya itu adalah harapan perusahaan dengan memilih mobile apps sebagai salah satu kegiatan marketingnya. Apakah sales otomatis akan meningkat karena adanya mobile apps ? Relatif.
“Paling tidak sudah memiliki mobile apps berarti sudah berada dan ikut bermain di era digital, era kekinian. Sudah punya modal untuk bisa meraih harapan-harapan perusahaan termasuk meningkatkan sales karena relatif lebih dekat, lebih touching dengan market,” ungkapnya.
Terakhir, Iklan yang seperti apa yang bisa menarik perhatian? dan apa saja yang harus dilakukan perusahaan dalam beriklan di era millenial saat ini ? berikut pendapat Maya perihal hal tersebut:
Salah satu ciri gen millennial adalah mereka tidak lagi terlalu percaya begitu saja pada iklan dari produsen. Mereka lebih percaya pada UGC, User Generated Content, yaitu konten atau informasi yang berasal dari user atau pengguna. Review, rating, atau rekomendasi dari sesama pengguna lebih mereka cari dan percayai.
Ada baiknya kontent ini disediakan sebagai sarana komunikasi dua arah, bahkan mungkin tiga arah , antara perusahaan – customer – other customers.
“Generasi millenial perlu diyakinkan bahwa perusahaan terbuka, jujur, apa adanya sesuai dengan apa yang dipunyai dan ditawarkan. Itu harus bisa digambarkan dari sajian kontent yang ada, yang nantinya benar-benar harus sesuai dengan yang mereka dapatkan ketika menjadi usernya,” tutup Maya.