Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja memberikan pemaparan dalam diskusi panel bertema “Finance Disrupted” yang merupakan bagian dari acara Indonesia Summit 2018 di Jakarta, Kamis (5/4) mengungkapkan, “Hadirnya banyak pemain di sistem pembayaran dan kebutuhan nasabah yang terus berubah, menjadi penggerak transformasi usaha di sektor perbankan Indonesia. Bank tidak boleh terlena dan perlu terus mengevaluasi strategi dan cara menjalankan usahanya. Kami lebih melihat disrupsi ini sebagai peluang.” Hadir pula dalam sesi ini, Executive Vice President Bank Rakyat Indonesia Kaspar Situmorang, Founder dan Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li, dan Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi.
Mengutip data Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, digitalisasi telah mendisrupsi fungsi-fungsi tradisional di sektor keuangan, terutama di area sistem pembayaran, yakni sekitar 84%, diikuti oleh transfer dana sekitar 68%, dan personal finance 60%. Di perbankan, digitalisasi telah mendorong pergeseran channel transaksi.
Selain mendorong transformasi perbankan Indonesia, digitalisasi juga mendorong kolaborasi, konsolidasi dan sinergi antara seluruh pelaku usaha, baik bank dan fintech dalam memadukan potensi dan kekuatan solusi dari masing-masing pihak. Di tahun 2017, AFTECH (Asosiasi Fin Tech) mencatat kolaborasi antara perusahaan fintech dengan bank telah berlangsung baik secara langsung (77%) maupun tidak langsung (67%). “Bank OCBC NISP percaya kolaborasi ini akan menghadirkan manfaat sebesar-besarnya bagi nasabah karena seluruh pelaku usaha akan menghasilkan produk dan layanan yang akan memberi nilai tambah, selain kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi pembayaran. Kami mewujudnyatakannya dengan meningkatkan customer experience nasabah yang tentunya diiringi dengan peningkatan kualitas keamanan dari setiap layanan yang diberikan,” tambah Parwati.
Selain nilai tambah bagi nasabah, kolaborasi dan sinergi antara fintech dan perbankan merupakan salah satu langkah strategis untuk mendukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai target inklusi keuangan di Indonesia, yakni 75% hingga akhir 2019. “Kami menyadari kolaborasi dan sinergi saat ini terjalin berkat dukungan positif dari pemerintah baik Bank Indonesia (BI) dan OJK melalui berbagai regulasi dan inisiatif yang diluncurkan. Regulator melalui berbagai regulasi dan insiatif yang telah ada dan yang akan datang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk dan layanan yang dihadirkan oleh pelaku fintech. Di sisi lain, regulator juga berperan menjaga perbankan sebagai salah satu indikator sehatnya sistem keuangan yang berujung pada stabilitas ekonomi makro. Ke depannya regulator perlu memandang secara holistik mengenai disrupsi teknologi ini dan membuat road map untuk mendukung terciptanya inovasi dan terwujudnya inklusi keuangan di Indonesia” tutup Parwati.
IKLAN INFOBRAND.ID
Sekilas Tentang Bank OCBC NISP
Bank OCBC NISP didirikan di Bandung pada tahun 1941 dengan nama Nederlandsch Indische Spaar en Deposito Bank. Bank OCBC NISP melayani nasabah melalui 338 jaringan kantor di 61 kota di Indonesia, dilengkapi dengan 758 unit ATM OCBC NISP yang dapat diakses di lebih dari 179.000 jaringan ATM LINK, ATM Bersama, PRIMA, serta sekaligus terhubung dengan lebih dari 900 jaringan ATM OCBC Group di Singapura dan Malaysia.
