JAKARTA, INFOBRAND.ID - Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun telah memberikan tantangan kepada perusahaan di Indonesia. Akibat pandemi, banyak perusahaan mencatatkan pendapatan yang menurun bahkan merugi.
Tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut. Ada faktor dari luar yang dipengaruhi permintaan akan produk yang memang menurun. Namun di sisi lain tentu ada faktor dari dalam perusahaan, yaitu bagaimana memanage keungan perusahaan.
Roy Sembel, Professor Distinguished Chair for Finance and Investment at IPMI International Business School mengatakan, selama Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir, secara umum kondisi perusahaan mengalami penurunan kinerja keuangan. Meskipun ada beberapa yang baik, seperti health care dan infotech, tapi kebanyakan mengalami kondisi sulit, terutama sektor kecil, seperti perdagangan.
IKLAN INFOBRAND.ID
Faktor utama yang mempengaruhi kondisi tersebut tentunya karena bisnisnya berhenti, tidak ada pemasukan. Sementara biaya tetap ada, karena perusahaan tetap beropeasi, tapi banyak kesempatan yang tidak dapat diambil. Seperti tidak bisa menjalankan bisnisnya, karena kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
“Kondisi tersebut yang membuat perusahaan merugi, karena revenue turun. Cost turun sedikit, tapi fix cost tetap berjalan,” jelas Roy Sembel.
Menghadapi situasi tersebut, tentu perusahaan harus mengambil kebijakan terbaik, terutama untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti restrukturisasi operasional untuk melakukan efisiensi operasional.
Terutama untuk hal-hal yang bersifat fix cost diubah menjadi variable cost. Misalkan, tidak lagi menggunakan yang harus dibayar tetap, tapi disewa sesuai dengan kebutuhan. Untuk memperbaiki kondisi keuangan, melalui restructuring aset, bila diperlukan perusahaan bisa menjual aset tetap yang mungkin tidak diperlukan lagi.
Untuk memperbaiki kondisi keuangan, ada salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu Initial Public Offering (IPO). Namun untuk melakukan IPO atau tidak diperlukan keputusan yang bijak, apakah IPO hanya untuk alasan kebutuhan keuangan atau ada alasan strategis. IPO juga diperlukan momentum yang tepat.
IKLAN INFOBRAND.ID
Kalau strategis, kapanpun perusahaan mau IPO tidak masalah, karena yang dibutuhkan bukan uang, tapi lebih ke hal-hal yang strategis, seperti ingin masuk ke dalam radar multinasional. Karena ketika ada perusahaan yang ingin partnering, akan lebih mempercayai perusahaan yang sudah go public, karena disiplin lebih tinggi, karena ada kontrol dan pengendalian dari pihak regulator maupun pasar.
Tapi kalau untuk kebutuhan keuangan, untuk masuk pada saat ini akan sulit untuk mendapatkan uang. Karena dari semua suplai yang ada, belum tentu mencukupi dari semua IPO yang datang berbarengan. Jadi secara umum, untuk melakukan IPO perusahaan harus melihat, apakah ada kebutuhan keuangan dan strategisnya.
Untuk kesiapan go public sendiri, seharusnya meliputi kesiapan dari organisasi itu sendiri, kemudian kesiapan budaya untuk menjadi perusahaan public yang harus transparan dan terbuka. Dan harus akuntabel, harus siap membuat laporan yang sesuai dengan ketentuan, dan harus patuh terhadap regulasi.(Agus Aryanto)
