Posted by: Irta 27-07-2018 17:17 WIB 1822 viewer
Kementerian Perdagangan memfasilitasi pertemuan pelaku usaha Indonesia dan AS dalam forum bisnis dan one-on-one business matching di KBRI Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (24/7). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari misi dagang Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita untuk menjaga keseimbangan hubungan dagang dengan AS, yang merupakan salah satu pasar ekspor utama Indonesia.
“Sebagai mitra dagang utama Indonesia, tidak hanya hubungan antara Pemerintah Indonesia dan AS saja yang perlu didorong. Hubungan antarpelaku usaha dari dua negara juga perlu didorong dan ditingkatkan. Forum bisnis ini diadakan untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS di tengah persaingan bisnis dunia yang ketat,” jelas Mendag Enggar saat memberikan pidato kunci dalam kegiatan forum bisnis dan business matching.
Forum bisnis dan business matching diselenggarakan lewat kolaborasi Kemendag dengan KBRI Washington DC, perwakilan-perwakilan perdagangan Indonesia di AS (Atase Perdagangan DC, ITPC Chicago dan LA), lembaga US Indonesia Society (USINDO), dan Kadin AS.
Forum bisnis dan business matching tersebut merupakan bagian dari upaya mendorong peningkatan kerja sama dagang Indonesia dan AS dari sektor swasta, selain lewat upaya bilateral antarpemerintah.
“Forum ini menjadi penting untuk menjaga dan mempererat hubungan dagang kedua negara yang saling menguntungkan. Sebagai dua negara demokrasi besar dengan pasar yang berkembang, diharapkan bisnis dan perdagangan diantara kedua negara dapat terus meningkat,” kata Mendag Enggar.
Forum Bisnis dan one-on-one business matching menghadirkan 32 perusahaan Indonesia untuk menjajaki berbagai peluang kerja sama di Washington DC. Delegasi bisnis dari Indonesia terdiri atas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Eksportir Buah dan Sayur Segar Indonesia (ASEIBSSINDO), dan Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI)/Gabungan Importir Nasional Indonesia (GINSI).
Sementara itu, pelaku usaha dari Indonesia yang turut serta antara lain produsen ban mobil, minyak kelapa sawit, produk pertanian dan hortikultura, perikanan, baja, aluminium, tekstil dan produk tekstil, makanan dan minuman, produk susu, serta consumer goods.
“Para pelaku usaha Indonesia yang memiliki mitra dagang di AS siap meningkatkan transaksi dagang business-to-business (b-to-b) dengan para pelaku usaha AS. Hal ini terbukti dengan adanya penandatanganan kerja sama perdagangan antara pelaku usaha kedua negara,” imbuh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Arlinda.
Misi dagang ke AS ini telah membuka kesempatan bagi Indonesia dan AS untuk meningkatkan perdagangan. Pertemuan antara Mendag dengan petinggi Boeing, Senin (23/7) lalu membuka peluang Indonesia untuk melakukan kerja sama investasi di berbagai bidang aviasi seperti maintenance, repair, and overhaul (MRO), hub penyimpanan suku cadang, hingga pengembangan industri bioavtur berbasis sawit. Sementara itu, kerja sama di sektor tekstil membuka peluang Indonesia untuk memperkuat industri serta meningkatkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) ke AS dengan dukungan bahan baku kapas dari AS.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan total perdagangan Indonesia dan AS tahun 2017 sebesar USD 25,91 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD 17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD 8,12 miliar.
Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap AS sebesar USD 9,67 miliar. Ekspor utama Indonesia ke AS antara lain udang, karet alam, alas kaki, ban kendaraan, dan garmen. Sementara impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, tepung gandum, tepung maizena, serta pakan ternak.
Total perdagangan Indonesia-AS tahun 2017 meningkat 10% dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar USD 23,44 miliar. Adapun tren perdagangan pada periode tahun 2013-2017 tumbuh positif sebesar 0,39%.
Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara untuk periode Januari-Mei 2018 telah mencapai USD 11,85 USD. Nilai ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD 10,65 miliar.