JAKARTA INFOBRAND.ID - Tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikenalkan sejak abad ke-19, telah menjadi kegiatan wajib yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas perusahaan. Namun demikian, dalam penerapannya program CSR masih dianggap banyak kekurangan, karena tidak sedikit perusahaan yang melaksanakannya hanya untuk menunaikan kewajiban, tanpa melihat manfaat jangka panjang yang diterima oleh masyarakat.
Melihat kondisi tersebut, Michael Porter dan Mark Krammer dalam artikel Harvard Business Review pada tahun 2006 lalu memperkenalkan konsep Creating Shared Value (CSV), sebagai pengembangan atau penyempurna dari konsep CSR. Konsep ini didasari pada ide adanya hubungan interdependen antara bisnis dan kesejahteraan sosial. Tidak hanya itu, CSV juga menekankan adanya peluang untuk membangun keunggulan kompetitif dengan cara memasukkan masalah sosial sebagai bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan.
Drs. Mas Achmad Daniri, MEc sebagai anggota Dewan Pakar KNKG dan Ketua Umum Asosiasi GRC Indonesia mengatakan, kata kunci dari program CSV adalah pada pemetakan kepentingan atau kebutuhan stageholder. Setelah memahami kepentingan para stakeholder, perusahaan akan lebih mudah dalam merumuskan atau mengembangkan bisnis CSR yang saling memberikan manfaat.
IKLAN INFOBRAND.ID
“CSV itu pendekatan, kalau CSR itu program. Yang indah, CSR dilakukan menggunakan pendekatan CSV,” jelas Achmad Daniri.
Di Indonesia sendiri, menurut Achmad Daniri, konsep CSV sebenarnya sudah lama di dikenalkan, namun dalam aplikasinya di Indonesia boleh dibilang adalah tren baru. Dia berharap, kedepan akan semakin banyak perusahaan yang menerapkan konsep CSV dalam program CSR.
Senada dengan Achmad Daniri, Gancar C. Premananto, Dosen Senior Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, yang juga dikenal sebagai Senior Consultant dan Mentor CSV mengatakan, mengubah mind set kegiatan CSR menjadi CSV masih membutuhkan waktu. Menurutnya banyak pelaku CSR, masih belum benar-benar memahami konsep CSV.
Beberapa perusahaan telah benar-benar memahami CSV, dan prosesnya. Bahkan telah melakukan pengukuran efektivitas dan dampak even dengan menggunakan SROI. Beberapa yang lain, belum secara lengkap mendeskripsikan kegiatannya, dan belum melakukan pengukuran dampak dengan SROI.
Tri Raharjo, CEO TRAS N CO Indonesia mengatakan, aksi kebaikan melalui program CSV dapat menjadi sarana branding bagi perusahaan. Menurutnya aktivitas branding activation tersebut, semakin efektif ketika perusahaan menjalankan program yang berkelanjutan, seperti program CSR dengan konsep Creating Shared Value. Dimana ketika membuat stakeholder yang menjadi mitra langsung dengan perusahaan, juga akan memberikan branding activation jangka panjang dan terus menerus.
IKLAN INFOBRAND.ID
“Tentunya brand image sangat positif. Diharapkan denga berbagai aktivitas, terjadi brand loyalty,” jelas Tri Raharjo.
Sementara itu, Susilowati Ningsih, CEO INFOBRAND GROUP, mengatakan, untuk memberikan pemahaman kepada perusahaan mengenai konsep dan manfaat CSV, infobrand.id menggelar Webinar Nasional CSR to CSV, yang digelar Kamis (14/10/2021). Webinar dihadiri sedikitnya 500 peserta dari para Profesional Perusahaan yang konsen akan CSR/CSV, Business Development, Operasional Management, Corporate Sustainability dan lain sebagainya.
Untuk mengisi webinar tersebut, akan disampaikan oleh nara sumber berkompeten; Pertama, Bapak Drs. Mas Achmad Daniri, MEc selaku Dewan Pakar Komite Nasional Kebijakan Governance, Pakar GCG Nasional, dan Penulis Buku Lead by CSV – yang akan membawakan tema; “Paradigma Baru Penerapan CSV”. Kedua, Bapak Dr. Gancar C. Premananto, CDM, selaku Head of Management Departement FEB, Universitas Airlangga dan sebagai Senior Consultant & Mentor CSV – yang akan membawakan tema; “CSV; Smart Corporate Strategy”. Dan ketiga, Bapak Tri Raharjo, SE., M.M, selaku CEO TRAS N CO Indonesia, dan Founder Indonesia Brand Network – yang akan membawakan tema; “Branding Strategy for CSV”.
Lebih Lanjut Susilowati Ningsih menjelaskan, Konsep CSV sejalan dengan program perlindungan sosial dari Kementerian Sosial. CSV juga selaras dengan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang baru saja diluncurkan oleh Kementerian BUMN.
Kementerian Sosial juga merupakan mitra utama dalam program perlindungan sosial yang menjadi entry point, dalam Sustainable Development Goals (SDGs), di antaranya mengurangi kemiskinan, membangun kota dan pemukiman yang inklusif aman, tangguh dan berkelanjutan, serta memerangi perubahan iklim dan dampaknya sesuai rencana aksi SDGs.
IKLAN INFOBRAND.ID
Sementara, di Kementerian BUMN TJSL merupakan wujud komitmen perusahaan terhadap pembangunan yang berkelanjutan dengan memberikan manfaat pada ekonomi, sosial, lingkungan serta hukum dan tata kelola dengan prinsip yang lebih terintegrasi, terarah, terukur dampaknya serta dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan bagian dari pendekatan bisnis perusahaan. Pelaksanaan Program TJSL BUMN berorientasi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) serta berpedoman kepada ISO 26000 sebagai panduan pelaksanaan program, dengan harapan pelaksanaan Program TJSL BUMN yang lebih terukur, berdampak dan berkelanjutan.
Adapun Program TJSL BUMN bertujuan untuk; Memberikan kemanfaatan bagi pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, pembangunan lingkungan serta pembangunan hukum dan tata kelola bagi perusahaan. Berkontribusi pada penciptaan nilai tambah bagi perusahaan dengan prinsip yang terintegrasi, terarah dan terukur dampaknya serta akuntabel. Membina usaha mikro dan usaha kecil agar lebih tangguh dan mandiri serta masyarakat sekitar perusahaan.
