JAKARTA, INFOBRAND.ID - Karakteristik utama era hypercompetition yang didorong oleh kecepatan dinamika lingkungan bisnis akibat percepatan teknologi digital seperti sekarang ini adalah adanya ketidakpastian yang harus disikapi secara cepat dan terus menerus. Ketidakpastian tersebut antara lain perubahan preferensi dan perilaku konsumen, munculnya disrupsi model bisnis, lanskap kompetisi dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, untuk menyikapinya dibutuhkan 3 faktor kunci yaitu kolaborasi, inovasi dan agility. Dengan demikian, inovasi bukan hanya sekedar penting, namun merupakan jantung dari sistem manajemen era baru.
Menurut Wahyu T Setyobudi, Strategic Transformation & Innovation Researcher PPM School of Management, Inovasi yang dimaksud adalah bukanlah suatu inovasi yang sekali keluar kemudian berhenti. Bukan inovasi yang sifatnya sporadis diinisiasi oleh individu dan menempel pada individu, namun yang disasar adalah suatu kapabilitas inovasi berkelanjutan yang dibangun atas dasar sistem manajemen yang kokoh dan terintegrasi. Dengan demikian inovasi dapat dirancang secara rapi, didanai dengan berorientasi investasi yang terukur, serta dapat berkelanjutan secara waktu.
IKLAN INFOBRAND.ID
Untuk dapat membangun sistem inovasi seperti itu, dibutuhkan beberapa building block yaitu membangun fundamental inovasi, menjamin tersedianya sumberdaya inovasi, mengelola sistem inovasi, dan mengukur keberhasilan dan keberlanjutan inovasi-inovasi yang ada. Tahap pertama adalah membangun fondasi inovasi. Karena inovasi diciptakan dan dijalankan oleh insan perusahaan, maka aspek manusia menjadi fondasi utama.
Building block kedua adalah menjamin tersedianya sumber daya inovasi. Tentu tidak dapat dipungkiri, suatu ide sejak muncul hingga berubah menjadi suatu produk atau program yang membawa nilai tambah membutuhkan usaha dan pendanaan. Untuk itu, perusahaan perlu membangun investasi, kemampuan mengelola pengetahuan, strategi serta policy yang jelas tentang kewajiban berinovasi tersebut. Selain itu, suatu kapabilitas digital dan jejaring kolaboratif dengan pihak luar perusahaan juga merupakan sumberdaya penting dalam menggapai inovasi yang berdampak.
Lebih lanjut Wahyu menambahkan dalam pengelolaan inovasi melewati proses saling terhubung mulai dari penciptaan dan kanalisasi ide-ide yang muncul dari seluruh insan perusahaan. Ide tersebut kemudian disaring dan dimasukkan dalam suatu portofolio untuk menjamin seluruh progres dapat dimonitor dan di akselerasi, setelah itu pengendalian eksekusi perlu dilakukan untuk mendapatkan inovasi yang benar-benar pada akhirnya dapat di luncurkan baik di level perusahaan, atau di masyarakat sebagai produk atau layanan yang bernilaiguna.
Kunci keberhasilan menurut Wahyu adalah sebagai sarana inovasi dikatakan berhasil apabila memiliki 3 karakter penting yaitu desirable (diinginkan), viable (berdampak dan berlanjut), dan feasible (mampu terap). Untuk dapat menghasilkan inovasi seperti itu, beberapa kunci keberhasilan yang perlu dibangun oleh pelanggan adalah meningkatkan kemampuan inovasi karyawan, membangun kolaborasi sinergi berbagai pihak, mendayagunakan modal digital, menerapkan struktur organisasi yang ramah inovasi, dan pendekatan manajemen yang humanis, tidak mekanistis. (Alvin Ardian)
